Hari ini, aku memutuskan untuk kembali mengaktifkan blog kesayanganku. Begitu banyak waktu terbuang tanpa menulis. Padahal menurut Kurt Vonnegut, membaca dan menulis merupakan bentuk meditasi paling memuaskan yang pernah ditemukan seseorang. Mustahil rasanya menulis tanpa pernah membaca. Dan hampa rasanya ketika membaca tanpa menulis.
Kesulitan dan kemudahan akan
selalu berjalan beriringan. Begitu juga denganku ketika berusaha mengaktifkan
kembali blog ini. Semangat yang membara harus berdampingan dengan kendala dalam
pengaktifan kembali domain. Aku harus menunggu. Dan menunggu adalah hal yang
sangat membosankan.
Sebelum memulai cerita lebih jauh.
Ada baiknya untuk intermezzo tentang kehidupanku saat ini. Tidak ada yang
istimewa. Sungguh, hidup selalu begini saja. Bagai roller coaster, kita dibawa
naik turun. Baik buruknya, itu hanya pelabelan yang otak kita pikirkan. Padahal
yang perlu kita lakukan hanyalah menikmati setiap momen yang ada. Tapi entah
bagaimana perasaan terkadang mengecohkan logika. Begitu juga dunia luar yang
mempengaruhi pandangan kita terhadap sesuatu.
Sudah lebih dari satu tahun, bukannya
tidak menulis, hanya saja tidak dipublish. Aku memilih menyimpannya dalam
folder computer dan tidak membukanya kembali. Hingga pada waktu di mana aku
membukanya, aku memilih untuk menghapusnya. Begitu menggelikan rasanya melihat
tulisan lama yang dibuat dengan penuh perasaan dan terlalu terang-terangan. Hidup
butuh kiasan. Begitu juga tulisan. Menurutku, perasaan yang dituliskan dengan
frontal hanya akan menyisakan beban. Sebab mereka akhirnya akan tau hal yang
seharusnya hanya aku dan Tuhan yang tau. Itu tidak boleh terjadi. Persepsi akan
muncul dan itu belum tentu benar. Ungkapan ‘you never know unless you walk on
my shoes’ adalah kiasan paling tepat untuk menggambarkan ini. Pembaca akan
berspekulasi tanpa sepenuhnya memahami. Dan oleh karena tulisan itu terlalu
sensitif, jadi lebih baik dihilangkan.
Saat ini, aku juga masih sibuk
menulis. Tulisan yang ditulis dengan air mata, skripsi. Skripsi adalah tulisan
yang aku harap tidak pernah kutulis. Aku menikmati informasi yang didapatkan melalui
penelitiannya, itu menyenangkan. Tapi aku sama sekali tidak pernah mendapatkan kenikmatan
menulis di dalamnya. Berharap ini akan cepat selesai, nyatanya sudah lebih dari
enam bulan, tulisan ini tak kunjung selesai. Sistematika yang merepotkan dan pengelolaan
data yang menyebalkan harus menjadi bagian dalam penulisan ini. Harapan untuk
cepat selesai sudah bukan menjadi persoalan, melainkan keharusan.
Di sisi lain, aku masih berjuang
menghadapi diri yang penuh kelabilan. Bukan tanpa sebab, usia segini memang
sedang masa-masanya memikirkan diri sendiri, apa yang akan terjadi ke depannya,
dan bagaimana menghadapi dunia yang senantiasa berubah dengan cepat.
Sisanya, hidupku biasa saja. Mari
merenungi kisah hidup bersama Penanti Rindu. Semoga ke depannya, akan ada
manfaat bagi kita bersama.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa blog idealis akan lebih sulit berkembang. Tapi jati diri tidak boleh hilang, bukan? Tidak ada harapan khusus untuk Penanti Rindu. Yang terpenting ialah aku punya tempat untuk berekspresi, dengan bebas.
Terima kasih sudah datang dan membaca.
Jangan lupa bersyukur dan
berbahagia!
Comments
Post a Comment